Apa Salahnya Mencontek?

10:58:00

Rifkanisa Nur Faiza (Koord. Sekbid IV)

Siapa yang tak kenal dengan kata mencontek ? Kata ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama di kalangan pelajar. Perilaku ini seolah sudah menjadi budaya turun temurun si kalangan palajar mulai dari siswa SD hingga mahasiswa. Cara menconteknya pun juga semakin canggih. Dulu, menconteknya dengan menuliskan materi/jawaban di kertas kecil, di tangan, atau di meja. Tetapi seiring majunya zaman, kini mencontek kerap dilakukan dengan searching google atau foto catatan melalui hp.

Banyak pelajar sekarang yang tidak lagi merasa bersalah ketika mencontek. Hal ini banyak dilakukan oleh pelajar karena tujuan mereka hanya untuk mengejar nilai dan memenuhi tugas. Ketika ditanya alasan mereka mencontek, pasti mereka menjawab dengan kalimat super ampuh ini; “Karena kenyataannya nilai lebih dihargai dibanding dengan kejujuran. Lagian nggak ada yang tahu.” Tetapi memang banyak guru yang hanya menuntut supaya siswa mendapat nilai yang baik. Banyak yang tidak menghargai, bahkan tidak peduli dengan progress siswa mencapai nilai tersebut. Alhasil siswa menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai bagus. Terutama dengan mencontek. Bahkan kini banyak siswa yang bertanya;

“Apa salahnya mencontek?”

Banyak pelajar sekarang berargumen bahwa mencontek itu tidak salah. Apa salahnya mencontek kalau kita hanya dituntut untuk mendapat nilai bagus. Kita diminta untuk meningkatkan nilai sekolah kita supaya tidak kalah dengan sekolah lain. Kita dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran dengan mendapat hasil yang maksimal di semua mapel. Lalu, apa salahnya mencontek? Toh guru nanti hanya melihat hasilnya. Kira-kira seperti itulah argumen pelajar sekarang tentang mencontek.
Sekarang, biar kami perjelas. Siswa bertanya, apa salahnya mencontek? Tentu salah. Perilaku mencontek sama saja dengan memanipulasi nilai, membohongi diri kalau sebenarnya tidak bisa, dan tentunya merugikan siswa yang rajin belajar. Sekarang giliran kami bertanya balik, apa sebenarnya mereka yang mencontek itu merasa bangga dengan hasil yang didapat dari mencontek? Apakah perilaku mencontek ini dibenarkan?

Dalam Islam sendiri, Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah /2:9 yang artinya;
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”

Perlu diketahui, mencontek memiliki banyak dampak negatif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut beberapa diantaranya:
1
  .       Perasaan takut dan cemas
Moncontek menimbulkan rasa takut dan cemas. Terutama takut ketahuan. Siswa menjadi tidak tenang, dan tidak fokus ketika mengerjakan soal ujian yang justru malah merusak kepercayaan diri mereka.

2.       Tidak percaya diri
Semakin sering siswa mencontek, semakin berkurang rasa percaya diri mereka kalau mereka bisa mengerjakan sendiri. Setiap siswa sebenarnya memiliki kemampuan untuk menerima pelajaran. Sayangnya ada siswa yang malas menggunakan kemampuannya itu. Sehingga mereka memilih cara yang lebih praktis dan berbuah manis tanpa perlu bekerja keras.

3.       Malas belajar
Tentu saja perilaku mencontek bisa menyebabkan turunnya motivasi belajar siswa. Sehingga mereka hanya mengandalkan contekan ketika menghadapi ujian. Akibatnya siswa mendapat nilai bagus tetapi tidak menguasai ilmu yang seharusnya mereka tahu.

4.       Biasa Berbohong
Mencontek menyebabkan siswa menjadi terbiasa berbohong dan tidak merasa bersalah ketika melakukan kecurangan. Hal itu tentu bisa berdampak sangat buruk bagi masa depan siswa.

5.       Menghalalkan segala cara
Mencontek menyebabkan siswa terbiasa menghalalkan segala cara ketika ingin mencapai sesuatu. Segala cara mereka lakukan untuk memperoleh hasil tanpa ingin menjalani proses. Maka sangat bahaya hal ini menjadi kebiasaan siswa.

6.       Tidak terlatih menghadapi masalah
Menyontek menyebabkan siswa tidak berupaya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Padahal masalah pasti akan terus datang ke depannya nanti, maka mencontek berdampak sangat besar bagi masa depan siswa esok.


7.       Membohongi diri sendiri
Seperti yang sudah kami sebutkan, siswa yang mencontek sebenarnya membohongi diri sendiri kalau mereka tidak bisa. Nah itu bisa menjadi masalah besar kedepannya. Contoh ketika ujian tengah maupun akhir semester nilainya selalu memuaskan tapi ternyata ketika ujian nasional (dimana suasana tidak mendukung untuk mencontek) nilainya anjlok karena selama ini ia hanya membohongi dirinya sendiri. Bila itu benar terjadi pasti akan menyeramkan dan memalukan bagi siswa tersebut.

8.       Tidak menghargai diri sendiri
Menyontek menyebabkan siswa merasa dia tidak bisa. Menyebabkan siswa merasa tak mampu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Sikap ini berarti ia tidak menghargai dirinya sendiri. Tentu sangat bahaya bila kita tidak menghargai diri sendiri.

9.       Menular
Ada yang mengibaratkan mencontek seperti penyakit menular. Jika melihat teman sekelasnya mencontek, tetangga kiri kanannya pun bisa ketularan mencontek. Bahkan bisa menular hingga seantero kelas.

1.   Ketergantungan dan kecanduan
Jika terbiasa mencontek maka akan timbul ketergantungan terhadap orang lain, catatan, atau media mencontek lainnya. Hal ini biasanya dirasa setelah mencontek yang pertama, siswa menjadi merasa perlu mencontek dan kecanduan untuk mencontek lagi (selama belum ketahuan)
Lalu bagaimana cara mencegah agar tidak mencontek?

1.    Belajar
Tentu saja belajar merupakan cara utama. Siswa harus berusaha semaksimal mungkin dengan jerih payah sendiri yaitu dengan belajar giat. Siswa juga harus memahami arti penting belajar dan menerawang kedepannya, jangan hanya berpikir jangka pendek. Selain itu pertimbangkan juga prinsip keadilan. Siswa harus bisa fair dalam bersaing. Jangan merugikan teman yang giat belajar.

2.       Bergaul dengan teman yang baik
Pergaulan sangat berpengaruh bagi karakter dan kebiasaan siswa. Bila bergaul dengan teman yang tukang mencontek maka akhirnya dapat menular. Maka pandai-pandailah memilih pergaulan.


Oleh karena itu mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan agar menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi semua. Kebahagiaan tidak mesti selalu dengan hasil nilai A dalam ujian. Namun kebahagiaan sejati adalah ketika kita menikmati proses untuk mendapatkan hasil, berapapun nilanya setidaknya dengan jujur kita mendapat nilai plus di mata Tuhan. Semangat!

You Might Also Like

0 komentar

AKUN LINE RESMI BHAWARA 8

Friends Added